Minggu, 12 Januari 2025

LKPD 2 PEMANFAATAN PETA, PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

 


A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,

ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan

pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural

dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada

bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar

3.3 Menganalisis jaringan transportasi dan tata guna lahan dengan peta dan/atau citra pengindraan jauh serta Sistem Informasi Geografis (SIG) kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan.

3.4 Menyajikan peta tematik berdasar kan pengolahan citra pengindraan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan

 

C. Indikator

1. Menganalisis unsur-unsur interpretasi citra

2. Mengidentifikasi alat dan metode interpretasi foto udara

3. Mengidentifikasi langkah-langkah interpretasi citra secara manual dan visual

4. Mengidentifikasi komponen system penginderaan jauh

5. Menganalisis peta/citra penginderaan jauh untuk pemetaan jalur transportasi.

6. Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan tata guna lahan

7. Menganalisis pemanfaatan kajian kesehatan lingkungan, untuk pemetaan penyakit dan kepentingan kesehatan.

 

MATERI

PEMANFAATAN PETA, PENGINDERAAN JAUH

DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

 

A. Unsur-Unsur Interpretasi Citra

Dalam penginderaan jauh di dapat masukkan data atau hasil observasi

yang disebut citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu

obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat

pemantau. Sebagai contoh, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil

kita buat itu merupakan citra bunga tersebut.



Gambar 1: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)



Gambar 2: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)



Gambar 3: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)



Gambar 4: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik hitam putih)



Gambar 5: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Otokromatik)

Unsur Interpretasi Citra, sebagai berikut:

1. Rona

Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu obyek yang terdapat pada

citra. Rona pada foto udara pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang

berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut dengan sinar

putih. Rona merupakan tingkatan dari putih ke hitam atau selanjutnya. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi rona pada citra, yaitu:

a. Karakteristik obyek

Karakterisitik obyek yang mempengaruhi rona antara lain :

1) Warna obyek yang gelap cenderung menghasilkan rona yang gelap

2) Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada citra karena

sinar yang datang mengalami hamburan hingga mengurangi pantulan

sinarnya.

3) Obyek yang basah/lembab cenderung menghasilakn rona gelap

4) Pantulan obyek, misalnya perairan akan menghasilkan rona yang gelap.

Sedangkan perbukitan kapur akan menghasilkan rona yang terang

b. Cuaca

 

Kondisi udara di atmosfer dapat menyebabkan citra terlihat memiliki

rona yang terang/gelap. Jika kondisi udara di atmosfer sangat lembab dan

berkabut akan menyebabkan rona pada citra cenderung gelap

c. Letak Obyek dan waktu pemotretan

 

Letak obyek berkaitan dengan lintang dan bujur. Letak lintang

menentukan besarnya sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan juga

mempengaruhi sudut datang sinar matahari. Waktu pemotretan pada siang

hari cenderung akan menghasilkan rona yang lebih terang dibandingkan

dengan pemotretan pada sore/pagi hari.

2. Warna

Warna adalah ujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit,

lebih sempit dari spektrum tampak. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan

tingkat kegelapan dalam wujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan

yang lebih beraneka. Contoh penggunaan unsur warna dapat dilihat pada gambar

berikut :



Gambar 8: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)

3. Bentuk

Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka

suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari

adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api

dari bentuknya yang cembung. Sekolahan berbentuk I, L, U, atau kotak.

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang mencerminkan konfigurasi atau

kerangka obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak

obyek-obyek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi

citra melalui unsur bentuk saja. Ada dua istilah mengenai bentuk, yaitu :

a. Shape (bentuk umum/luar)

 

Merupakan bentuk secara umum atau dapat dikatakan “bentuk

sekilas” dari suatu obyek. Bentuk umum melihat ciri khas suatu obyek

secara umum, misal : Gunung dengan type strato berbentuk kerucut jika

foto udara yang digunakan berskala kecil.

b. Form (bentuk rinci)

 

Form merupakan bentuk yang bersifat lebih rinci, maksudnya

dalam bentuk umum suatu obyek masih ada bentuknya yang terlihat lebih

rinci, misal: Jika gunung berapi dengan tipe strato diamati dengan

menggunakan foto udara yang berskala lebih besar maka kelihatan bahwa

 

sebenarnya bentuknya tidak mutlak kerucut, tetapi masih ada bentuk-

bentuk lain yang lebih rinci. Contoh bentuk rinci :

 

1) pada lereng gunung tersebut terdapat aliran sungai yang memanjang

menuruni lereng.

2) terdapat patahan-patahan sehingga membentuk puncak-puncak kecil,

jurang dan lembah.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci keduanya merupakan unsur

interpretasi yang penting. Banyak bentuk yang mempunyai ciri khas sehingga

mempermudah pengenalan obyeknya pada citra. Contoh-contoh obyek yang dapat

dikenali menurut bentuknya misalnya:



Gambar 9: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)

1) Gedung sekolah pada umumnya memiliki bentuk seperti huruf I, L, U

dan persegi panjang atau kotak.

2) Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon kerucut

berbentuk kerucut dan tajuk pohohn bambu seperti buu-bulu.

3) Bekas Meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai dataran

rendah yang berbentuk tapal kuda dan kadang berisi air yang menjadi

danau tapal kuda (danau oxbow).

4) Lapangan sepakbola yang memiliki lintasan lari berbentuk elips,

sedangkan yang tidak memiliki lintasan lari akan berbentuk persegi

panjang.

5) Masjid dapat dikenali dari bentuknya yang relatif persegi atau bentuk

khas pada kubahnya.

 

4. Ukuran

Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi

lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam

memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya..

Contoh: Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan

ukuran yang tetap, yakni sekitar (80 m – 100 m). Ukuran adalah atribut obyek

yang meliputi jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan lereng.

Beberapa obyek yang dapat dikenali dari ukuran-ukuran yang berbeda

misalnya :



Gambar 10: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)

a. Ukuran bangunan untuk pemukiman memiliki ukuran yang berbeda dengan

ukuran bangunan sekolah, perkantoran dan pabrik. Permukiman pendudukan

memiliki ukuran yang lebih kecil dari bangunan sekolah dan perkantoran.

b. Nilai kayu selain ditentukan menurut jenis kayunya juga dapat volumenya.

Volume kayu dapat ditaksir dari ketinggian pohon, diameter batang pohon,

luas hutan serta kepadatan pohonnya.

c. Lapangan olahraga selain berbentuk segi empat juga dapat dibedakan dari

ukurannya. Misalnya :

1) Lapangan sepakbola memiliki ukuran yang luas, sekitar 100 m X 80 m

2) Lapangan tenis memiliki ukuran kecil, sekitar 15 m X 30 m

5. Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Tekstur dinyatakan

dengan: kasar, halus, dan sedang.Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar

bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. Tekstur adalah frekwensi

perubahan rona pada citra, atau pengulangan rona kelompok obyek yang

terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual. Tekstur sedang

dinyatakan dengan kasar, belang-belang, sedang dan halus.



Gambar 11: Citra foto hasil pengindraan jauh (Citra Foto Pankromatik)

Suatu obyek dalam foto udara memiliki perbedaan tekstur dapat dilihat dari :

a. Permukaan buminya tidak rata atau tidak

b. Keadaaan dan keberadaan obyek lain di atas permukaan bumi misal

pepohonan, perairan, permukiman dll.

Beberapa contoh pengenalan obyek berdasarkan teksturnya adalah :

a. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertektur halus.

b. Lahan kosong bertekstur halus, lahan tebu bertekstur sedang, kumpulan

pepohonan bertekstur kasar.

c. Permukaan air yang tenang bertekstur halus, sedikit beriak bertekstur sedang,

berombak besar bertekstur kasar.

6. Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak

objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran

sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan.

Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah

dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa,

kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya

yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek yang. Tingkat kerumitan

pola lebih tinggi dari pada tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur. Pola atau

susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan

manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

Beberapa contoh obyek dipermukaan bumi yang dapat dikenali dengan

menggunakan unsur pola misalnya :

a. Pola Aliran Sungai

Beberapa contoh pola aliran sungai yang dapat kita amati misalnya :

1) Aliran sungai konsekuen, adalah sungai yang memeiliki arah aliran yang

sesuai dengan kemiringan batuan daerah yang dilewatinya.



Gambar 12: Citra foto pola aliran sungai konsekuen hasil pengindraan jauh

2) Aliran sungai radial sentrifugal

Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya

meninggalkan titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah vulkan

atau puncak yang berbentuk kerucut



Gambar 13: Citra foto pola aliran sungai radial sentrifugal hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Pola Aliran Radial Sentrifugal: arah aliran menjauhi/meninggalkan titik pusat.

3) Aliran sungai radial sentripetal

Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya menuju

ke titik pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah ledokan/basin

atau aliran sungai yang masuk ke danau.

 


Gambar 14: Citra foto pola aliran sungai radial sentripetal hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Pola Aliran Radial Sentripetal : arah aliran menuju ke titik pusat.

b. Permukiman

Perumahan rakyat yang disediakan khusus oleh suatu proyek baik

pemerintah atau swasta memiliki pola yang teratur, biasanya memiliki jarak dan

ukuran seragam. Sedangkan rumah yang di bangun oleh penduduk cenderung

memiliki pola tidak beraturan, dengan bentuk dan jarak yang tidak seragam.



Gambar 15: Citra foto permukiman hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Perumahan Teratur, ukuran dan jarak antar rumah cenderung sama jika

dibandingkan dengan perumahan di atasnya.

c. Pola tanam pada tanaman di lahan perkebunan

Kebun kelapa, kebun karet, kebun kopi, kebun kelapa sawit dapat dibedakan

dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola dan

jarak tanamannya.



Gambar16: Citra foto pola tanam kelapa sawit hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Perkebunan kelapa sawit terlihat teratur pada pola tanam dan jarak antar

tanamannya.

7. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah

gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan

yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi

lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan,

begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya

bayangan.

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah

gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan biasanya hanya tampak

samar-samar atau bahkan tidak tampak sama sekali. Meskipun bayangan

membatasi gambaran penuh suatu obyek pada foto udara, kadang justru menjadi kunci penting dalam interpretasi terutama untuk mengenali suatu obyek yang

justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya. Beberapa contoh

obyek yang dapat dikenali dari bayangannya misalnya :

a. Jalan layang

Jalan layang dapat dikenali dari posisinya yang lebih tinggi dari jalan lain

disekitarnya sehingga pancaran sinar matahari akan menghasilkan bayangan jalan

layang tersebut.



Gambar17: Citra foto jalan hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Jembatan layang jelas terlihat dari bayangannya.

b. Jembatan

Jembatan dapat dikenali dari bayangannya yang memotong sebuah sungai.



Gambar18: Citra foto jembatan hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Bayangan jembatan terlihat pada aliran sungai di bawahnya

1) Tembok stadion dan gawang terlihat lebih tampak dari bayangannya.

2) Cerobong asap, tangki minyak dan bak air. Cerobong asap, tangki minyak dan

bak air yang dipasang pada sebuah pabrik terlihat lebih tinggi dari

bayangannya.

3) Menara. Menara suatu bangunan terlihat jelas dari bayangannya



Gambar19: Citra foto hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Monumen Nasional (Monas) terlihat lebih jelas pada foto udara karena ada

bayangannya yang tampak.



Gambar 20: Citra foto hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

Bayangan yang terbentuk pada suatu obyek sangat dipengaruhi oleh arah

datang sinar matahari dan letak lintang. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi

hari, bayangan obyek akan terletak di sebelah barat.

 


Gambar 21: Arah datang sinar matahari

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan obyek akan terletak di

sebelah timur.



Gambar 22: Posisi bayangan obyek berdasarkan sudut dating sinar matahari

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Posisi bayangan obyek pada foto udara yang dipotret pada sore hari dan bulan-

bulan tertentu di Equator.

 

1) Gerak semu matahari juga akan menyebabkan letak bayangan berbeda

meskipun sama-sama dipotret pada pagi atau sore hari. Gerak semu

matahari menyebabkan matahari seolah-olah mengalami perpindahan

letaknya di garis paralel bumi pada bulan-bulan tertentu.

2) Bayangan dapat digunakan untuk menentukan orientasi/arah mata angin

pada foto udara.

8. Situs

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya

permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul

alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah

dataran rendah, dan sebagainya. Situs adalah tempat kedudukan suatu obyek

dengan obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara

langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.

Situs dapat diartikan sebagai berikut :

a. Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonet,

1975). Van Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situasi atau situs

geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu obyek

terhadap obyek lain di sekitarnya. Misal pengaruh letak iklim terhadap

interpretasi citra untuk geomorfologi.

b. Letak suatu obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonet, 1975), seperti

misalnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering dan di

sepanjang tepi sungai. Van Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situs

topografi, yaitu letak suatu obyek dengan obyek lain di sekitarnya



Gambar 23: Citra foto permukiman hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

1) Pola permukiman memanjang sejajar dengan jalan.

2) Pola permukiman memanjang sejajar dengan garis pantai.

3) Pola permukiman memanjang sejajar dengan sungai.

4) Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma, bila

tumbuhnya menggerombol dan berada di daerah air payau maka mungkin

sekali pohon nipah.

9. Asosiasi

Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang

lainnya. Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang

jumlahnya lebih dari satu (bercabang), bandara berasosiasi dengan bandara.

Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara obyek satu dengan obyek lain.

Karena adanya keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu obyek sering

merupakan petunjuk bagi obyek lain. Keterkaitan suatu obyek dengan obyek

lain dapat dimaksudkan sebagai berikut :

 

a. Sebuah obyek A dapat dikenali karena adanya obyek B yang mempunyai

kaitan/hubungan dengan obyek A.

b. Dengan kata lain obyek B merupakan petunjuk bagi obyek A.

c. Obyek B dapat merupakan bagian dari obyek A, atau merupakan ciri-ciri

khusus obyek A.

d. Obyek B belum tentu ciri-ciri khusus obyek A, tetapi sangat berhubungan

dengan obyek A.

Beberapa contoh obyek dalam citra yang dapat dikenali melalui interpretasi

mengggunakan unsur asosiasi misalnya :

a. Lapangan Sepak bola

Sebuah obyek dikenali sebagai lapangan sepakbola jika lapangan

tersebut memiliki gawang pada dua sisi lapangannya. Obyek gawang dapat

dikatakan sebagai ciri-ciri khas dari lapangan sepakbola.




Gambar 24: Citra foto lapangan sepak bola hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com

 

Lapangan Sepakbola berasosiasi dengan gawang yang ada di dua sisi

lapangan.

b. Stasiun Kereta Api

1) Sebuah bangunan dengan bentuk memanjang dikenali sebagai stasiun

kereta api jika pada sekitar bangunan tersebut terdapat rel kereta api

lebih dari satu jalur. Rel bukan merupakan ciri-ciri bangunan stasiun

tetapi sangat berhubungan dengan keberadaan stasiun.

2) Selain jumlah rel, bangunan stasiun kereta api dapat juga di asosiasikan

dengan adanya gerbong-gerbong yang diparkir karena belum/tidak

beroperasi.



Gambar 25: Citra foto hasil pengindraan jauh

Sumber: https://skepticalinquirer.wordpress.com


Rabu, 08 Januari 2025

LKPD 1 KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHAN INDONESIA

 


Kompetensi Inti :

3.5  Menganalisis            dinamika kependudukan diIndonesia untuk perencanaan pembangunan.

4.5  Menyajikan                        data kependudukandalam bentuk peta, tabel,grafik,dan/atau gambar

MATERI AJAR

A.      Faktor Dinamika Kependudukan

Kelahiran merupakan faktor yang mempengaruhi dinamika kependudukan Indonesia

1.       Kelahiran (Natalitas)

Faktor pertama dalam dinamika kependudukan Indonesia adalah kelahiran. Nah, kelahiran terbagi lagi menjadi dua, yaitu pro-natalitas dan anti-natalitas.

Apa sih maksud dari keduanya? Begini, guys, kalau pro natalitas itu berarti yang mendukung kelahiran. Sedangkan, anti natalitas berarti faktor-faktor yang menghambat kelahiran.

Pertama, kita bahas terlebih dahulu tentang pro natalitas. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mendukung kelahiran.

  1. Pernikahan usia muda. Adanya pernikahan usia muda tentu membuka kesempatan memiliki anak juga lebih lama, karena rentang usia dari muda sampai tidak produktifnya panjang. Sehingga, dapat meningkatkan angka kelahiran.
  2. Mitos yang beredar di masyarakat. Misalnya banyak anak banyak rezeki. Adanya mitos seperti itu dapat meningkatkan kelahiran anak.
  3. Kebutuhan tenaga kerja. Dengan adanya anak, maka kemungkinan anak tersebut bisa meningkatkan perekonomian keluarga setelah dewasa dan bekerja.
  4. Keinginan memperoleh anak dengan jenis kelamin tertentu. Kalau ini sih banyak ya kasusnya, ketika ada pasangan suami istri yang hanya memiliki anak laki-laki, kemudian ingin adanya anak perempuan. Maka, mereka akan merencanakan untuk memiliki anak lagi. Itulah yang membuat tingkat kelahiran meningkat.

Faktor yang menghambat tingkat kelahiran disebut anti natalitas. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menghambat kelahiran.

  1. Program KB (Keluarga Berencana). Program ini milik pemerintah dengan tujuan untuk membatasi jumlah anak yang dimiliki dalam satu keluarga. Tentu saja hal ini juga menghambat tingkat kelahiran.
  2. Pembatasan usia pernikahan. Kebalikan dari pernikahan usia dini, pembatasan usia pernikahan tentu bisa menghambat tingkat kelahiran. Hal ini karena rentang waktu yang diperlukan untuk merencanakan kehamilan terbatas.
  3. Asumsi anak beban keluarga. Dengan memiliki asumsi seperti ini, seperti dengan memiliki anak tentu akan memiliki beban/tanggungan untuk pendidikan di masa depannya, ribet, dll.
  4. Pembatasan tunjangan anak dari tempat kerja orang tua. Ada beberapa perusahaan atau tempat kerja yang membatasi tunjangan untuk anak, misalnya untuk dua anak saja. Hal itu akan mempengaruhi perencanaan untuk memiliki anak lagi, sehingga akan menghambat tingkat kelahiran.

Pengukuran kelahiran dapat dilakukan melalui beberapa cara ;

a.    Angka Kelahiran Kasar

Angka kelahiran kasar (crude birth rate disingkat CBR) menunjukkan jumlah kelahiran tiap 1.000 penduduk setiap tahun, dengan rumus sebagai berikut.

CBR = B/P x k

Keterangan:

B: jumlah bayi yang lahir pada periode tertentu.

P: jumlah penduduk pada pertengahan tahun.

k: konstanta, biasanya 1.000.

Note

Tinggi = > 30 jiwa

Sedang = 20 – 30 jiwa

Rendah = < 20 jiwa

 

Contoh soal

Pada tahun 2018 di Desa Sukajati, terjadi kelahiran sebanyak 1.200 bayi. Jumlah penduduk di Desa Sukajati pada tahun yang sama adalah 84.000 jiwa. Berapakah angka kelahiran kasar Desa Sukajati tahun 2018?

Diketahui,

Birth = 1.200

Population = 84.000

Ditanya,

CBR Desa Sukajati tahun 2018 adalah?

Jawab:

 CBR = (Birth × 1.000)/Population

 CBR = (1.200 ×1.000)/84.000

 CBR = 1.200.000/84.000

 CBR = 14,28 = 14

Jadi, CBR Desa Sukajati tahun 2018 adalah 14 jiwa.

 

 

b.    Angka Kelahiran Menurut Umur


Cara pengukuran kelahiran metode CBR seringkali kurang memuaskan karena tidak memperhatikan pembagian menurut jenis kelamin dan menurut golongan umur

Rumus:

ASBRx = Bx/Px x k

 

Keterangan:

Bx: jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur x pada tahun tertentu.

Px: jumlah penduduk wanita kelompok umur x pada pertengahan tahun yang sama.

x: kelompok umur (15-19, 20-27, dst)

k: konstanta, biasanya 1.000

 

Contoh Soal

Berdasarkan data monografi desa, pada tahun 2019 di Desa Kalibaru, wanita berumur 45-49 tahun pertengahan tahun 2019 sebanyak 659 jiwa. Terjadi kelahiran sebanyak 11 bayi, pada kelompok wanita usia tersebut. Jumlah penduduk di Desa Kalibaru pada tahun yang sama adalah 5.216 jiwa. Angka kelahiran menurut umur Desa Sukatani tahun 2019 adalah ….

Jawab;
Jumlah kelahiran pada wanita usia 45 – 49 = 11 jiwa
Jumlah penduduk wanita berusia 45 – 49 = 659 jiwa
ASFR =…?

ASFR= \frac{11}{659}X 1000 = 16,69 = 17ASFR=65911​X1000=16,69=17

Jadi ASFR 17, artinya setiap 1000 wanita umur 45-49 tahun dalam 1 tahun jumlah kelahiran ada 17 bayi

2.       Kematian (Mortalitas)

Faktor selanjutnya dari dinamika kependudukan adalah kematian atau mortalitas. Sama halnya dengan natalitas. Mortalitas juga ada pro mortalitas dan anti mortalitas. Pertama, kita akan membahas tentang pro mortalitas terlebih dahulu, yaitu faktor-faktor yang mendukung tingkat kematian.

  1. Sarana kesehatan yang kurang memadai. Tentu saja hal ini akan meningkatkan kematian.
  2. Rendahnya kesadaran akan pentingnya kesehatan. Dengan masih banyaknya penduduk yang kurang menyadari akan pentingnya kesehatan, maka tidak akan memperhatikan kesehatan seperti memakan makanan yang tidak bergizi atau lingkungan yang kotor. Hal itu dapat mendatangkan berbagai penyakit dan meningkatkan kematian.
  3. Bencana alam. Terjadinya bencana alam hingga menyebabkan korban tentu akan meningkatkan kematian.
  4. Peperangan.  peperangan jelas memakan banyak korban.

Di sisi lain ada juga faktor-faktor yang menghambat kematian atau anti mortalitas. Dengan kata lain, faktor-faktor ini mendukung harapan hidup.

  1. Fasilitas kesehatan yang memadai. Lengkapnya fasilitas kesehatan yang didukung dengan teknologi modern akan memudahkan proses penyembuhan penduduk yang sakit dan membantu pemeriksaan kesehatan. Hal ini dapat menurunkan tingkat kematian.
  2. Lingkungan yang bersih dan teratur. Hal ini akan membuat lingkungan sehat, karena jauh dari bibit penyakit, seperti nyamuk penyebab demam berdarah dan virus.
  3. Tingginya tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan. Semakin banyak penduduk yang sadar pentingnya kesehatan, maka akan membuat kehidupannya lebih teratur seperti rajin berolahraga dan memakan makanan yang bergizi.

 

Rumus ini digunakan untuk menghitung angka kematian kasar. Kalau tadi CBR adalah angka kelahiran kasar, nah ini kebalikannya, guys.

 

Rumus:

CDR = D/P x k

 

Keterangan:


D: jumlah kematian dalam periode tertentu.

P: jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.

k: konstanta, biasanya 1.000.

Note

Tinggi = > 20 jiwa

Sedang = 10 – 20 jiwa

Rendah = < 10 jiwa

 

Contoh Soal

Pada tahun 2015, jumlah penduduk di suatu wilayah adalah 500.000 jiwa. Setelah setahun berlalu diketahui terdapat kematian sejumlah 1000 orang. Berapakah angka kematian kasarnya?

Diketahui:

Jumlah kematian = 1.000 orang

Jumlah penduduk = 500.000 orang

Jawab:

CDR = 1.000/500.000 X 1.000 = 2

Age Specific Death Rate (ASDR) atau Angka Kematian Spesifik

Rumus ini digunakan untuk menentukan angka kematian secara spesifik.

Rumus:

ASDRx = Dx/Px x k

 

Keterangan

 

Dx: jumlah penduduk yang meninggal dari kelompok umur tertentu pada tahun tertentu.

Px: jumlah penduduk dari kelompok umur x pada pertengahan tahun yang sama.

x: kelompok umur (15-19, 20-27, dst).

k: konstanta, biasanya 1.000.

 

Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi

Rumus ini digunakan untuk menghitung angka kematian bayi sebelum ulang tahun pertama mereka (0-11 bulan) setiap 1.000 kelahiran hidup dalam tahun tertentu.

Kita perlu menghitung angka kematian bayi untuk melihat apakah kualitas kependudukan di daerah tertentu baik atau buruk.

Rumus:

IMR = Do/B x k

Keterangan:

Do: jumlah kematian bayi di bawah 1 tahun pada tahun tertentu.

B: jumlah kelahiran hidup dalam tahun yang sama.

k: konstanta, biasanya 1.000.

Note:

Tinggi = > 75 jiwa

Sedang = 35 – 75 jiwa

Rendah = < 35 jiwa

1.       Mobilitas Kependudukan Indonesia

Setelah mempelajari demografi, sekarang kita masuk ke pembahasan mobilitas. Apa itu mobilitas kependudukan?


Paspor digunakan untuk mobilitas antarnegara (sumber gambar: bbc.com)

Mobilitas kependudukan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya. Nah, mobilitas sendiri juga terbagi menjadi mobilitas permanen dan non permanen.

Mobilitas Permanen

Mobilitas permanen memiliki sifat yang perpindahannya tetap atau dalam jangka waktu yang sangat lama. Ada cakupan internal dan eksternal.

Untuk yang cakupan internal itu lebih kepada perpindahan domestik, seperti urbanisasi, ruralisasi, dan transmigrasi.

·         Urbanisasi: perpindahan dari desa menuju kota.

·         Ruralisasi: perpindahan dari kota menuju desa.

·         Transmigrasi: perpindahan dari satu daerah ke daerah lain (perpindahan umum).

Kemudian, ada cakupan yang eksternalnya nih, seperti emigrasi, imigrasi, dan remigrasi.

·         Emigrasi: keluarnya penduduk ke negara lain.

·         Imigrasi: masuknya penduduk dari negara lain.

·         Remigrasi: pemulangan suatu warga negara ke negara asalnya.

Mobilitas Non Permanen

Mobilitas ini memiliki sifat yang perpindahannya tidak tetap atau dalam waktu singkat.

·         Komutasi (komuter): penduduk yang keluar dari daerah asalnya untuk waktu yang sebentar dan dengan tujuan tertentu. Misalnya, kamu asli orang Depok, tapi kerja atau sekolah di Jakarta. Kata kuncinya adalah pulang pergi (PP), karena hanya sebentar, pergi pagi, pulang sore.

·         Sirkulasi (sirkuler): penduduk yang asli dari Padang, tapi punya kost di Jakarta, karena bekerja atau sekolah. Nah, ‘kan gak mungkin kalau PP. Jadi, kamu akan menginap di daerah lain.

Faktor-Faktor Penyebab Migrasi

Migrasi penduduk bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

1. Lowongan pekerjaan yang semakin menipis.

2. Sulit beradaptasi di daerah asalnya.

3. Terjadi bencana alam yang menyebabkan wilayah tersebut tak bisa ditempati.

4. Adanya tekanan dalam bermasyarakat.

5. Peluang kerja lebih besar, sehingga kehidupan sosial ekonomi terjamin.

 

Dampak Dinamika Penduduk

Tak bisa dipungkiri bahwa semakin banyaknya jumlah penduduk pada suatu wilayah, maka akan semakin banyak dampak yang akan muncul. Dampak-dampak dinamika penduduk sebagai berikut.

1. Rendahnya Tingkat Pendidikan

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat dan angka kematian bergerak lambat menyebabkan penduduk kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang pantas. Tingkat pendidikan yang rendah bisa mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam pembangunan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tingkat pendidikan yang rendah menandakan bahwa kualitas pendidikan penduduk pada suatu wilayah sangat rendah. Banyaknya jumlah penduduk anak-anak membuat fasilitas pendidikan di suatu wilayah tak mampu menampungnya, sehingga banyak anak-anak yang terpaksa tidak menempuh pendidikan. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan bisa disebabkan karena kemampuan ekonomi masyarakat rendah, sehingga harus membantu orang tua bekerja.

2. Rendahnya Tingkat Kesehatan

Kesehatan masyarakat sudah menjadi kebutuhan hidup yang harus dimiliki oleh setiap penduduk. Banyaknya penduduk yang sehat di suatu wilayah membuktikan bahwa kesejahteraan penduduk tersebut terjamin.

Akan tetapi, dengan adanya dinamika penduduk pada suatu wilayah mengakibatkan tingkat kesehatan penduduk semakin rendah. Hal ini terjadi karena fasilitas kesehatan belum memadai untuk menampung banyaknya pasien yang sakit. Selain itu, lingkungan yang semakin kotor dan air bersih sulit didapatkan membuat kesehatan penduduk menurun.

3. Kesejahteraan Penduduk Semakin Rendah

Setiap penduduk yang tinggal di suatu negara seharusnya mendapatkan kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimiliki oleh setiap penduduk, maka roda perekonomian akan berjalan dengan baik.

Akan tetapi, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat dan angka kematian bergerak lambat menandakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi rendah. Tingkat kesejahteraan penduduk yang menurun bisa dapat dilihat melalui pendapatan penduduk yang sangat kecil.

Rendahnya kesejahteraan penduduk disebabkan karena adanya dinamika penduduk, sehingga banyak penduduk yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan kata lain, dinamika penduduk bisa menyebabkan angka pengangguran meningkat. Penduduk yang tidak mendapatkan pekerjaan akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Kondisi Alam yang Semakin Rusak

Manusia sangat bergantung pada kondisi alam yang ada karena kondisi alam yang sehat dan baik akan memberikan kesehatan pada manusia. Selain itu, kondisi alam yang baik bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan bagi setiap penduduk.

Namun, penduduk yang sering menggunakan sumber daya alam bisa menyebabkan kondisi alam terganggu. Kondisi alam yang terganggu bisa membuat kesejahteraan penduduk menurun dan kesehatan penduduk juga menurun.

Bukan hanya itu, pertumbuhan penduduk yang semakin cepat bisa membuat tempat untuk bercocok tanam semakin sedikit karena banyaknya lahan yang dijadikan perumahan. Hal seperti ini bisa membuat penyerapan air semakin berkurang, tetapi penggunaan air tanah semakin bertambah.

5. Persebaran Penduduk Tidak Merata

Dalam suatu wilayah pasti memiliki keterbatasan atau kemampuan dalam menampung penduduk yang menetap di wilayah tersebut. Oleh sebab itu, penduduk akan mencari tempat yang lebih layak untuk bertahan hidup, maka terjadilah peresebaran penduduk itu.

Persebaran penduduk yang tidak merata membuat pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah menjadi tidak merata. Bukan hanya pertumbuhan ekonomi saja, tetapi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan juga tidak merata, sehingga terjadi kesenjangan sosial antar wilayah.

 

Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi).Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami.Migrasi ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi).

Sebelum kita membahas perkembangan jumlah penduduk Indonesia, terlebih dahulu perhatikanlah tabel di bawah ini.

Tabel  Perkembangan Penduduk Dunia

Sumber: https://www.google.com/search

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa untuk mencapai jumlah penduduk dua kali lipat waktu yang diperlukan makin lama makin singkat.

Faktor penyebab utama ini adalah adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama kemajuan di bidang kesehatan.

Dengan kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat dicegah. Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau mencolok.

Sesuai dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka tiap-tiap masyarakat atau negara, pertumbuhan penduduknya mengalami 4 periode yaitu:

·   Periode I
Pada periode ini pertumbuhan penduduk berjalan dengan lambat yang ditandai dengan adanya tingkat kelahiran dan kematian yang rendah sehingga disebut periode statis.

·   Periode II
Tahap kedua ini angka kematian mulai turun karena adanya perbaikan gizi makanan dan kesehatan. Akibat dari itu semua pertumbuhan penduduk menjadi cepat mengingat angka kelahiran yang masih tinggi.

·   Periode III
Periode ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan penduduk mulai turun. Tingkat kematian pada periode ini stabil sampai pada tingkat rendah dan angka kelahiran menurun, penyebabnya antara lain adanya pembatasan jumlah anggota keluarga.

·      Periode IV


Pada masa ini tingkat kematian stabil, tetapi tingkat kelahiran menurun secara perlahan sehingga pertumbuhan penduduk rendah. Periode ini di sebut periode penduduk stasioner.

Dari empat periode di atas, pertumbuhan penduduk Indonesia berada pada periode kedua dan sekarang sedang menuju periode ketiga.
Sampai di sini Anda memahami tentang pertumbuhan penduduk?

Agar pemahaman Anda terhadap perkembangan jumlah penduduk Indonesia lebih lengkap, perhatikan grafik berikut ini!

Grafik Perkembangan Penduduk Indonesia Tahun 1930-2000


 

Sumber : https://www.google.com/

 

 

1. Pertumbuhan Penduduk Alami

Pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari hasil selisih tingkat kelahiran dengan kematian dalam satu tahun disebut pertumbuhan penduduk alami. Pertumbuhannya dinyatakan dalam perseribu. Kejadian paling sederhana dapat kita lakukan dengan melakukan pengamatan penduduk di lingkungan kita. Dalam satu tahun, berapa kali terjadi kelahiran, dan berapa kali terjadi kematian? Misalkan, pada saat ini jumlah penduduk di kampungmu 1000 orang, maka dengan menghitung selisih jumlah kelahiran dan kematian maka kita akan menemukan angka pertumbuhan penduduk di kampungmu. Contoh, jumlah bayi yang lahir 40, penduduk yang meninggal dunia 20, maka dengan menggunakan rumus di bawah ini pertumbuhan penduduk di kampung adalah 40-20 perseribu, atau 20 perseribu atau 2%.

Adapun perhitungannya dapat digunakan rumus:
P = L – M

 

Keterangan
P = Pertumbuhan penduduk
L = Lahir
M = Mati

Contoh soal: Jumlah penduduk pada negara Indonesia tahun 2017 adalah  30.800.300 jiwa, pada tahun yang sama terdapat kelahiran sekitar 1.000.000 jiwa dan angka kematian 500.000 jiwa. Berapakah jumlah pertumbuhan penduduk alaminya?

Jawaban: Untuk menjawab soal ini kita menggunakan rumus:

Pa = L – M
= 1.000.000 – 500.000
= 500.000 jiwa

Jadi, jawaban soal pertambahan penduduk alami di Indonesia pada tahun 2017 adalah 600.000 jiwa.

 

 

2. Pertumbuhan Penduduk Non Alami

Pertumbuhan penduduk non alami diperoleh dari selisih penduduk yang melakukan imigrasi (migrasi masuk) dengan emigrasi (migrasi keluar). Pertumbuhan penduduk non alami disebut juga dengan pertumbuhan penduduk karena migrasi. Perhitungan penduduk non alami dapat digunakan rumus sebagai berikut:

 

P = I – E

 

P = Pertumbuhan penduduk

I = Imigrasi

E = Emigrasi

 

Contoh Soal

Pada tahun 2021 di Negera Indonesia Jumlah Migrasi masuknya (imigrasi) sebesar 25.000 jiwa dan migrasi keluar (emigrasi) sebesar 20.000 jiwa. Berdasarkan data yang sudah dijelaskan tersebut, hitunglah Pertumbuhan Penduduk Migrasi tahun 2021?

Jawab :
I = 25.000
E = 20.000
T = I – E
= 25.000-20.000 = 5.000
Jadi pertumbuhan penduduk migrasi negara indonesia tahun 2021 adalah 5.000 jiwa.

 

3. Pertumbuhan penduduk Total

Jamur menyerap zat organik dari lingkungannya atau bersifat heterotrof, penguraian zat organik dilakukan diluar tubuh jamur. Berdasarkan cara memperoleh makanannya, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, saprofit atau simbiosis mutualisme dengan organisme lain. Pertumbuhan total adalah pertumbuhan penduduk yang dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan kematian ditambah dengan selisih dari pertumbuhan non alami. Perhitungan penduduk total dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

 

P = (L – M ) + (I – E)

 

Keterangan

P = jumlah pertumbuhan penduduk dalam satu tahun

L = jumlah kelahiran dalam satu tahun

M= jumlah kematian dalam satu tahun

I = Imigrasi

E = Emigrasi

  

Laju pertumbuhan penduduk total di Indonesia tidak terlalu banyak berbeda dengan laju pertumbuhan penduduk alami, karena migrasi (baik imigrasi maupun emigrasi) jumlahnya tidak begitu banyak sehingga pengaruhnya sangat kecil dan dapat diabaikan. Pertumbuhan penduduk biasanya dinyatakan dengan angka persen (%) dan biasanya diperhitungkan untuk jangka waktu per setiap tahun.

 

Contoh Soal:
Di suatu wilayah diketahui jumlah kelahiran sebesar 967.000 jiwa dan kematian sebesar 659.000 jiwa, sedangkan terjadi imigrasi sebesar 889.000 jiwa dan emigrasi sebesar 512.000 jiwa. Hitunglah pertumbuhan penduduk totalnya!

Jawab:
L = 976.000 I = 889.000
M = 659.000 E = 512.000
X = (L – M) + (I – E)
= (967.000 – 659.000) + (889.000 – 512.000)
= 308.000 + 377.000
= 685.000 jiwa

 

 

Lembar Kerja

Jawablah teka-teki di bawah ini

 

1.    Faktor yang mendorong kematian

2.    Permindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain (perpindahan umum).

3.    Faktor yang mendudung kelahiran

4.    Dampak dinamika penduduk

5.    penduduk yang keluar dari daerah asalnya untuk waktu yang sebentar dan dengan tujuan tertentu

6.    perpindahan dari desa menuju kota.

7.    perpindahan dari kota menuju desa

8.    keluarnya penduduk ke negara lain

9.    masuknya penduduk. dari negara lain

10. pemulangan suatu warga negara ke negara asalnya

Lembar Kegiatan Siswa

 

 

 

 

 

 

1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8

 

 

 

3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

9

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

 

6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kunci Lembar Kerja

 

Lembar Evaluasi

Jawab soal di bawah ini dengan benar ikuti langkah-langkah penyelesaian seperti spada contoh soal !

1.    Pada tahun 2000 di Desa Puncak, terjadi kelahiran sebanyak 200 bayi. Jumlah penduduk di Desa Puncak pada tahun yang sama adalah 4.000 jiwa. Berapakah angka kelahiran kasar Desa Puncak tahun 2000?

2.    Berdasarkan data desa, pada tahun 2021 di Desa Moncong, wanita berumur 25-29 tahun pertengahan tahun 2021 sebanyak 500 jiwa. Terjadi kelahiran sebanyak 10 bayi, pada kelompok wanita usia tersebut. Jumlah penduduk di Desa Moncong pada tahun yang sama adalah 5.000 jiwa. Angka kelahiran menurut umur Desa Moncong tahun 2021 adalah ….

3.    Pada tahun 2015, jumlah penduduk di suatu wilayah adalah 100.000 jiwa. Setelah setahun berlalu diketahui terdapat kematian sejumlah 1000 orang. Berapakah angka kematian kasarnya?

4.    Berdasarkan data desa, pada tahun 2021 di Desa Moncong, jumlah penduduk umur 45-49 tahun pertengahan tahun 2021 sebanyak 1000 jiwa. Terjadi kematian sebanyak 50 orang. Jumlah penduduk di Desa Moncong pada tahun yang sama adalah 35.000 jiwa. Angka kematian menurut umur Desa Moncong tahun 2021 adalah ….

5.    Pada tahun 2000 di Desa Puncak, terjadi kelahiran sebanyak 200 bayi. Jumlah bayi yang meninggal di Desa Puncak pada tahun yang sama adalah 10 jiwa. Hitunglah angka kematian bayi di Desa Puncak tahun 2000?

 

 

 

 

 


SOAL PERSIAPAN UJIAN SEMESTER

  Pelajari soal di bawah ini untuk persiapan ujian semester ! 1. Gejala geosfer. (1) perubahan iklim global (2) kebakaran hutan di Kaliman...