HARAPAN YANG TERTUNDA 2

Di jalan ini jauh dari kata keramain kendaraan yang lalu lalang hanya satu-satu, lahan permukiman yang masih jarang hamparan sawah yang begitu luas yang di tanami berbagai jenis makanan yang di selang selingi dengan lahan yang sementara di olah. Aku berhenti sejenak melihat seorang kakek yang menyisir tanah dengan menggunakan alat tradisional dengan menggunakan tenaga sendiri tampa batuan hewan penarik, waaah opa hebat. Teringat kegiatan bapak di kampung dulu menyisir tanah dengan alat yang seperti opa, tapi papaku pake kerbau yang menarik dan saya sendiri yang menginjak sisirnya, eeeh jadi terungkap nih balakiku di masa lalu maklum tidak ada saudara laki-laki jadinya berperan ganda. Perjalanan aku teruskan aku merasa berada di hutan limpa bunyi burung yang menari di antara pepohoanan jati yang cukup luas dan bunyi gemercik air di drainase alami menambah suasana semakin nyaman karena hawa dingin yang menyelimuti badan yang tidaka bisa di dapatkan bagian lain  kota palu yang panas seperti di terpa 3 matahari. Gas motor tetap aku tarik berlahan halayan tidak bisa terlepas sesampai di SMA 6 saya berjumpa dan berpeluk sambil tertawa lepas dengan sahabatku ketika aku mengabdikan diri sebagai guru bantu pada tahun 2002. Hatiku sudah meresa dengan dengan mereka yang ditinggalkan 20 tahu  lalu (ibu Irmawati, ibu Ramlah, Ibu Suarsih, lase, Pa Andi, Pa Ardani, Pa Gede dll).

Kini aku masuk pintu gerbang yang bertuliskan SMA Negeri 6 Palu, waah di parkiran di sambut senyum sama pa Zaki teman MGMP geografi. Saking aku mau bertemu dengan kawan lama saya langsung bertanya di mana ruang ,beliau pun menjawab masih di tempat yang dulu. Langkah kakiku aku teruskan menuju tempat tujuan. Langkah kakiku mengingatkanku langkah dua puluh tahun yang lalu di gedung yang sama tampa ada perubahan. Sesampai di ruang guru akupun membawa salam, Ya  Allah orang yang pertama menolehkan mukanya ke pintu adalah orang yang paling saya ketemu yaitu Ibu Irmawati, sontak aku berteriak dan berpeluk erat sambil mencium pipi kiri dan kanan.kehangatan yang masih kental seperti yang dulu aku rasakan, salah satu sahabat yang bisa membawaku kemana-mana yang memanjangkan kakiku karena kakiku terbatas tampa kendaraan dan tidak tahu membawa kendaraan.di samping kiri sudah tersenyum mekak ibu suarsi tak lupa aku memberikan pelukkan hangat sangat sambil melirik ke tenpat lain,dalam hatiku bertanya mana guru lain. Mungkin mereka lagi mengajar aku pun duduk bercerita memanjangkan waktu sambil memberikan susu etawa rasa gula produk HNI yang bisa mengobati berbagai penyakit di antara diabetes dan sakit lutut kepada ibu Endar.Sudah kali ini mungkin saya beruntung bisa ketemu teman-teman lain,semoga lain kali bisa berjumpa he he he.

Kini waktunya aku balik ketempat mengajarku bertie, di perjalanan jarum motor  tua legenda astrea selalu ku perhatikan jangan sampai berhenti karena tak berbensin. Akupun memutuskan isi dulu bahan bakarnya teman sejatiku (lenggenda astrea idaman seantero). Biasanya sih saya isinya di POM bensin imam bonjol, maka dengan gegas ku arahkan setir motornya ke jalan sana. Ternyata aku mendapatkan harapan hampa ternyata bensin di sini lagi kosong petugas aja tidak. Dengan sedikit kecewa kini aku teruskan perjalanan dengan menarik gas agak kencang supaya cepat menuju BOM bensin Diponegoro seapatahu beruntung. Dari kejauhan sudah kelihatn ada yang yang antri isi bensin hatiku senang dan tersenyum kecil. Kini saatnya belok kiri mengitu antrian sambil melihat orang-orang di depan dan yang di samping. Alhamdullilah antrian panjang lancar dan tertib, wah senangnya hatiku suatu keberuntungan ni soalnya akhir-akhir ini untuk mendapatkan bensin di pertamin susau gues, mutar-mutar unjung-ujungnya kembali ke isi botol, rugi deh bikin kepala gue pusiiiing.

Pandanganku lebih banyak ke depan sambil menghitung berapa orang baru dapat giliran di kuda tuaku mengisi lambungnya. Ada pemandangan tidak enak tu ada orang sudah keluar antria dan pulang kenapa ya ? pertanyaan dalam hati kecil mungkin dia ada urusan penting dan tidak mampu menunggu antrian kali, saya tetap siap di bawa cahaya matahari yang memanas ganas di bawah naungan bumi tadulako, Kota palu ini  bestie kalau panas tidak kaleng-kaleng, kaya ada lima matahari bertanding memancarkan cahayanya. Kini peserta antrian keluar lagi satu orang  waoh saya masih berpikir positif pasti ada urusan penting makanya tinggalkan BOM bensin. Keringatku mulai menetes nih akibat pertemuan panas dari atas dan panas dari bawah. Hampir semua pengantri sudah tarik gas pergi meninggalkan pertamina, baru saya sadar ternyata bensin sudah kosong alias abis. Kecewa melanda diriku.

Pilihanku hanya isi botol lambung di kendaraan tua, ya mau di apa kalau sudah begini. Masih ada sesak harapan dalamhatiku saya balik ulang ke pertamina imam bonjol numpang lewat karena arah balik ke madrasah tempat aku mengajar bisa melintas di situ. Jarak juga tidak terlalu jauh dengan pertanamina yang tadi. Kini aku harus putar kunci kontak, memasukkan gigi motor dan terus tarik gas putar kembali di jalur dua diponegoro. Sesampainya di ujung jalur diponegoro sambil melihat pertamina terlihat ada mobil tengki yang lagi isi bensin untuk stok di BOM bensi  imam bonjol. Jalu pagus belok kanan dan masuk membuat jalur antrian, jadi deh dapat antrian satu menegisi lambungnya di kuda tua (lenggenda astrea selalu dihati).

“””””Kesabaran harus menyertai jalan setiap lorong waktu, supaya kita bisa sukses”””””

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL LATIHAN ASESMEN MADRASAH

SEBARAN DAN PENGOLAHAN SUMBER DAYA KEHUTANAN, PERTAMBANGAN, KELAUTAN, DAN PARIWISATA

Perkembangan Jalur Transportasi di Indonesia