LKPD 2 Percepatan Pertumbuhan Wilayah materi ajar kelas XII Mata Pelajaran Geografi
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini kalian diharapkan mampu memahami konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah.
B. Uraian Materi
Gambar 8. Rencana Wilayah Ibu
Kota Baru Indonesia
Tahukah Anda, mengapa Ibu kota
Jakarta akan dipindahkan ke Pulau Kalimantan? Ada kajian teorinya lho!
1. Teori Pembangunan Wilayah
Ada beberapa teori mengenai
perkembangan wilayah yang sering digunakan sebagai model. Teori tersebut pada
umumnya berdasarkan tinjauan perkembangan ekonomi beberapa negara. Untuk
mengelompokkan teori-teori tersebut sangat sulit, karena banyak faktor
berpengaruh yang harus dipertimbangkan, seperti periode waktu teori tersebut
lahir, pijakan yang digunakan sebagai tolok ukur, dan ide yang terkandung dalam
teori tersebut.
Pada prinsipnya ada tiga
kelompok teori pembangunan wilayah, yakni: (1) yang berasal dari mashab
historis antara lain teori Friedrich List, Karl Bucher, dan Modul Geografi Kelas XII KD 3.1 dan 4.1 @2020,
Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 13
W.W.
Rostow; (2) dari mashab analitis antara lain teori Adam Smith, Harrod Domar,
dan Solow Swan; dan (3) merupakan gabungan dari mashab historis dengan mashab
analitis, seperti teori Schumpeter dan lain-lain. Pada kesempatan ini tidak
semua teori perkembangan wilayah dibahas, namun mudah-mudahan yang dibahas di
sini dapat mewakili sejumlah teori-teori yang ada dan dapat memberikan wawasan
tentang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi wilayah.
Beberapa teori tersebut adalah:
Control Theories, Teori Ketergantungan, Teori Perkembangan Wilayah dari
Rostow, dan Teori Tiga Gelombang dari Toffler.
a. Control Theories
Control theories meliputi dua teori, yaitu (1) determinisme lingkungan
alam, dan (2) determinisme kebudayaan (Suparmat, 1989:12).
1) Teori Determinisme
Lingkungan Alam (Physical Environment Determinism). Teori ini
berpandangan bahwa pengaruh lingkungan alam sangat kuat terhadap perkembangan
masyarakat suatu wilayah atau negara. Pengaruh ini dapat positif, bisa juga
negatif. Misalnya beberapa negara yang terletak di daerah tropis akan
menghadapi masalah-masalah seperti: adanya temperatur yang panas dalam
melemahkan energi dan aktivitas kerja masyrakat; banyaknya hujan mengakibatkan
terbentuknya rawa-rawa dan genangan air yang merupakan tempat yang ideal bagi
berbagai sumber penyakit, dan lain-lain. Bahkan Ellsworth Huntington (1961)
berpendapat bahwa lingkungan alam sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia, lebih lanjut dikatakan bahwa iklim merupakan kunci dari kebudayaan
manusia. Dalam batas-batas tertentu memang lingkungan alam berpengaruh terhadap
tingkat perkembangan wilayah, namun suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri
ialah bahwa ada beberapa negara yang mempunyai kondisi lingkungan alam yang
kurang menguntungkan dapat pula berkembang pesat. Hal ini bisa terjadi karena
adanya faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu
negara, yaitu faktor kemampuan akal pikiran manusia yang dimanifestasikan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologinya.
2) Determinisme Lingkungan
Kebudayaan (Cultural Determinism) yang beranggapan bahwa perbedaan suatu
bangsa akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kemajuan suatu wilayah. Teori
ini memandang bahwa segala sesuatu akan bisa dicapai dengan menggunakan akal
pikiran manusia, dan nilai keberhasilan pembangunan diukur dari segi pencapaian
materi yang dimilikinya.
b. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Dari
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa berdasarkan teori ketergantungan
tergabungnya secara paksa (forced incorporated) negara-negara yang
sebagian besar pernah dijajah ke dalam sistem ekonomi kapitalisme dunia
merupakan penyebab dari keterbelakangan (under development)
negara-negara sedang berkembang dewasa ini. Tanpa adanya kolonialisme dan
integrasi ke dalam sistem ekonomi kapitalisme dunia, negara-negara berkembang
saat ini pasti sudah berhasil mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai, dan
bukannya tidak mungkin untuk mengembangkan industri-industri manufaktur atau
usaha lain atas kekuatan sendiri.
Salah satu kelemahan dari teori
ini adalah bahwa satu-satunya penyebab terjadinya keterbelakangan dan
ketergantungan adalah karena kolonialisme dan integrasi dari negara-negara
berkembang ke dalam sistem ekonomi kapitalisme dunia. Sama sekali mengabaikan
faktor-faktor internal, seperti faktor sosial budaya, dan pola perilaku
masyarakat sebagai suatu faktor penyebab penting dari keterbelakangan dan
penghambat pembangunan di negara-negara berkembang.
c. Teori Rostow
W. W. Rostow mencetuskan teori
pertumbuhan ekonomi yang pada mulanya dikemukakan sebagai suatu artikel dalam
Economic Journal yang kemudian dibukukan dengan judul "The Stages of
Economic Growth" (1971). Diungkapkan bahwa setiap negara di dalam
perkembangannya akan melalui tahapan-tahapan yang sama, yakni melalui 5 (lima)
fase berturut-turut: masyarakat tradisional, prakondisi untuk lepas landas,
lepas landas, gerakan ke arah kedewasaan, dan masa konsumsi tinggi.
Secara umum analisis Rostow
berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai akibat munculnya
perubahan yang fundamental yang terjadi dalam aktivitas ekonomi maupun dalam
kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat.
Dalam membedakan kelima fase
pembangunan, Rostow mendasarkan kepada ciri-ciri umum perubahan keadaan:
ekonomi, politik, dan sosial yang berlaku. Pembangunan ekonomi atau
transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat modern
merupakan suatu proses yang mempunyai dimensi banyak, tidak sekedar ditandai
dengan menurunnya peranan faktor pertanian dan meningkatnya peranan faktor
industri dan jasa.
Secara garis besar kelima fase
pembangunan ekonomi Rostow adalah sebagai berikut:
1) Masyarakat Tradisional (The
Traditional Community)
Pada fase ini fungsi produksi
terbatas dimana cara produksi yang digunakan masih relatif primitif dan cara
hidup masyarakat masih dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional dan
bersifat turun temurun. Tingkat produksi masih sangat terbatas, dan sebagian
sumber-sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian.
Di sektor pertanian struktur sosialnya sangat bersifat hirarkhis.
2) Prasyarat untuk Lepas Landas (The Preconditions for
Take Off)
Pada fase ini masyarakat sudah
mulai mempersiapkan diri atau dipersiapkan dari luar, untuk mencapai
pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self sustained
growth). Pada fase ini pula Modul
Geografi Kelas XII KD 3.1 dan 4.1 @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal
PAUD, DIKDAS dan DIKMEN 15
dan
seterusnya pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Ada 2 corak
menyertai tahap prasyarat lepas landas ini. Pertama, adalah tahap prasyarat
lepas landas yang dialami oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan
Afrika, dimana tahap ini dicapai dengan perombakan masyarakat tradisional yang
sudah lama ada. Corak yang kedua adalah tahap prasyarat lepas landas yang
dicapai oleh negara-negara "born free" seperti: Amerika
Serikat, Canada, Australia, dan New Zealand, di negara-negara tersebut
mengalami prasyarat lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat yang
tradisional.
3) Lepas Landas (The Take
Off)
Pada awal tahap ini terjadi
perubahan yang drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya
kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau terbukanya pasar-pasar baru.
Hambatan-hambatan yang berupa unsur-unsur tradisional mulai menghilang,
modernisasi dan pertumbuhan ekonomi merupakan gejala umum dimana-mana. Tingkat
pendapatan perkapita semakin besar sebagai akibat adanya pertumbuhan pendapatan
nasional yang melaju melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Kalau pada fase
pertama dan kedua biasanya berlangsung lama, maka pada fase lepas landas ini
berlangsung dalam waktu yang relatif pendek, yaitu 40 s.d. 60 tahun (Wheeler,
1981:49).
4) Gerakan ke Arah Kedewasaan (The
Drive to Maturity)
Pada masa ini masyarakat sudah
secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor
produksi dan kekayaan alamnya. Di samping itu struktur dan keahlian tenaga
kerja mengalami perubahan, dan peranan sektor industri semakin penting, dilain
pihak sektor pertanian mengalami penurunan. Sejalan dengan semakin besarnya
peranan sektor industri muncullah kritik-kritik terhadap industrialisasi
sebagai akibat dari ketidak puasan terhadap dampak industrialisasi. Pada fase
ini pula peningkatan keuntungan ekonomi semakin melimpah ke dalam kesejahteraan
sosial dan penanaman modal ke wilayah lain. Demikian pula sifat kepemimpinan
maupun kemahiran dan kepandaian para pekerja menjadi semakin terspesialisasi
secara lanjut.
5) Masa Konsumsi Tinggi (The
Age Off Hight Mass Consumption)
Pada fase ini orientasi tidak
lagi pada masalah produksi, akan tetapi lebih difokuskan kepada masalah-masalah
yang berkaitan dengan peningkatan kualitas konsumsi dan kesejahteraan
masyarakat. Adapun tujuan masyarakat pada fase ini antara lain adalah:
memperbesar pertumbuhan dan kekuasaan terhadap wilayah lain: menciptakan welfare
state, sehingga kemakmuran menjadi lebih merata, dan berusaha mempertinggi
konsumsi masyarakat di atas keperluan pokok (sandang, pangan, perumahan)
menjadi barang-barang berkualitas tinggi, tahan lama, dan barang-barang mewah.
Berdasarkan teori Rostow dapat
dikatakan bahwa dewasa ini negara-negara berkembang termasuk di antara fase
pertama sampai fase ketiga, sedang negara-negara maju termasuk dalam fase
keempat dan kelima.
Teori dari W.W. Rostow tersebut
mempunyai cukup banyak kelemahan antara lain: tidak ada perbedaan yang pasti
antara fase yang satu dengan yang lain (masih kabur); ciri-ciri dalam setiap
tahap kurang dapat diuji secara empiris; teori tersebut belum tentu dapat
menunjukkan tahap pembangunan di negara-negara berkembang, di samping itu perlu
diingat bahwa proses Modul Geografi Kelas
XII KD 3.1 dan 4.1 @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan
DIKMEN 16
pembangunan
tidak hanya bersifat self-sustained growth, melainkan juga bersifat self
limiting effect, dan laju pembangunan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang menciptakan masing-masing kekuatan.
d. Teori Tiga Gelombang dari
Toffler
Toffler dalam bukunya "The
Third Wave" (1980) mengklasifikasikan masyarakat suatu wilayah/negara
ke dalam tiga gelombang, yaitu: gelombang I, II, dan III.
1) Gelombang I (Peradaban
Pertanian)
Pada masa ini ditandai dengan
banyaknya masyarakat memakai baterei alamiah (living battery). Keluarga
mencakup keluarga besar (extended family), yang berarti sanak saudara
jauhpun dianggap anggota keluarga. Kaum petani bercocok tanam sekedar untuk
memenuhi kebutuhan sendiri. Pasar bukan merupakan hal yang penting, karena
kelebihan hasil pertanian akan disimpan dalam "lumbung" sebagai
persediaan di musim paceklik. Tingkat ketergantungan antara wilayah yang satu
dengan wilayah lain sangat kecil (low interdependency), karena biasanya
suatu wilayah berproduksi untuk dikonsumsi sendiri, atau disebut
"Pro-Sumen".
2) Gelombang II (Peradaban
Industri)
Dalam masa ini masyarakat sudah
mulai menggunakan energi dari minyak dan gas yang tidak dapat diperbaharui.
Keluarga hanya mencakup keluarga inti. Peranan pasar sangat vital, karena itu
produksi berproduksi dengan menggunakan mesin-mesin raksasa yang memang
dirancang untuk produksi masa. Pendidikan dan media massa memegang peranan
penting dan ada kecenderungan manusia mulai mendominasi alam, pemborosan bahan
baku, dan energi sangat menonjol demikian pula mobilitas penduduk. Masyarakat
pada masa ini sudah banyak berkomunikasi dengan menggunakan media kertas dan
jasa postel. Dalam rangka mendapatkan bahan baku dan memasarkan hasil produksi,
daerah "jajahan" direbut dan hal ini diikuti dengan adanya
pergerakan-pergerakan nasionalisme. Gelombang kedua ini sering dikiaskan dengan
"Big is Beautiful".
3) Gelombang III (Peradaban
Informasi)
Pada masa ini masyarakat sudah banyak yang menggunakan energi yang dapat diperbaharui (renewable). Dalam produksi masyarakat sudah mulai beralih dari cara-cara berproduksi memakai tangan mesin (manufacture), ke suatu proses produksi yang menggunakan proses biologi (biofacture). Ketergantungan atau keterkaitan antara wilayah yang sangat menonjol dan bersifat menyeluruh (hight interdependency). Adapun suatu gejala yang sangat menonjol adalah terutama teknologi tinggi yang meliputi: teknologi penerbangan dan angkasa luar; teknologi alternatif yang dapat diperbaharui, penerapan bioteknologi dan yang mungkin paling mempengaruhi globalisasi, yakni teknologi informasi. Ada beberapa gejala gelombang I yang muncul pada masa ini antara lain adalah timbulnya gejala global village dan de-urbanisasi (karena bagusnya layanan telekomunikasi dan transportasi), dan timbulnya gejala dimana konsumen ingin memproduksi barang- barangnya sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut
dapat dikatakan bahwa peradaban masyarakat di negara-negara berkembang masih
condong pada gelombang I Modul Geografi
Kelas XII KD 3.1 dan 4.1 @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,
DIKDAS dan DIKMEN 17
dan
II, sedangkan peradaban bangsa-bangsa yang telah maju terutama berada dalam
gelombang II dan III. Dewasa ini Indonesia dengan pembangunan berencananya,
berusaha untuk "tinggal landas" memasuki peradaban gelombang II untuk
menjadi negara industri baru, mungkin seperti yang dicontohkan oleh
negara-negara industri baru (New Emerging Industrialized Countries),
seperti Taiwan, Singapura, Korea Selatan, dan China.
Untuk lebih menarik mempelajari materi ini silakan buka pawer point
e.
Teori Interaksi Wilayah
Perkembangan wilayah tidak
berjalan serentak, ada yang berkembang pesat namun ada pula yang berjalan
lambat. Perkembangan wilayah ini terkait dengan interaksi antar wilayah.
Beberapa komponen yang mempengaruhi interaksi wilayah antar alain adalah jumlah
penduduk, jarak dan jumlah jaringan jalan yang menghubungkan antar wilayah.
Kekuatan interaksi wilayah dapat dibandingkan dengan menggunakan teori grafik,
model gravitasi dan teori titik henti.
1) Teori Grafik
Salah satu komponen penting
interaksi antar wilayah adalah infrastruktur berupa jaringan jalan. Makin
banyak jaringan jalan yang menghubungkan antar kota maka alternatif distribusi
penduduk, barang dan jasa makin lancar. Anda tentu sependapat bahwa antara satu
wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi
sehingga membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan
yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus
interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah
yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki kemungkinan
hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah yang
memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.
Untuk menganalisis potensi
kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan jalan sebagai
prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan
membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai
sarana penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi
ditentukan dengan Indeks Konektivitas. Semakin banyak jaringan jalan yang
menghubungkan kota-kota maka makin tinggi nilai indeks konektivitasnya. Hal ini
tentunya berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa
karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah.
Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut.
Analisis indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk menentukan lokasi usaha yang potensial menguntungkan karena memiliki nilai interaksi yang tinggi. Indeks konektivitas yang tinggi dapat ditafsirkan wilayah tersebut memiliki interaksi yang tinggi pula sehingga memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2) Teori Gravitasi
Teori Gravitasi kali pertama
diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton (1687). Inti
dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan
memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya
gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil
kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua benda tersebut. Secara matematis, model gravitasi Newton ini dapat
diformulasikan sebagai berikut.
Komentar
Posting Komentar